PALU, Bahanaindonesia.com – Distribusi Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SMKN Bina Potensi Palu terhenti sementara usai insiden keracunan makanan yang menimpa belasan siswa beberapa waktu lalu. Akibatnya, ratusan siswa hingga kini belum kembali menerima jatah makanan bergizi yang semestinya diterima setiap hari.
Menanggapi hal tersebut, Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah (Disdik Sulteng) meminta agar pihak-pihak terkait segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG, khususnya pada aspek pengelolaan dan keamanan makanan.
“Kami berharap pihak terkait lebih waspada agar kejadian serupa tidak terulang. Program MBG hadir untuk memenuhi kebutuhan gizi siswa sekaligus memberikan edukasi tentang pentingnya makanan sehat dan bergizi,” kata Kepala Disdik Sulteng, Yudiawati V. Windarrusliana, S.KM., M.Kes., Jumat (12/09).
Yudiawati menegaskan pentingnya program MBG untuk menunjang kesehatan dan daya konsentrasi siswa selama kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, ia mengaku belum memiliki data pasti mengenai jumlah siswa terdampak yang tidak lagi menerima MBG sejak penghentian distribusi.
“Tugas pokok kami hanya menyampaikan daftar nama siswa penerima MBG di sekolah. Untuk sekolah mana saja yang tidak lagi mendapatkan MBG, kami belum bisa memastikan,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa penunjukan dapur pengelola MBG bukan kewenangan Disdik, melainkan Badan Gizi Nasional (BGN). Disdik, menurutnya, tidak memiliki informasi rinci terkait lokasi dapur maupun pihak penyedia makanan di tiap sekolah.
“Informasi soal dapur pengelola ada di BGN. Berdasarkan sosialisasi, setiap siswa seharusnya mendapat jatah MBG senilai Rp15.000 per porsi,” ungkapnya.
Disdik Sulteng berharap proses investigasi yang saat ini tengah dilakukan oleh kepolisian, Dinas Kesehatan, serta Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Sulteng bisa segera menemukan penyebab keracunan dan menjadi dasar perbaikan program ke depan.
Program MBG sendiri merupakan bagian dari kebijakan pemerintah pusat yang bertujuan meningkatkan gizi siswa sekolah, mengurangi risiko kekurangan gizi, serta mendukung pembelajaran yang lebih optimal.
( Adrian )