Ikuti Lomba Tingkat Kabupaten, Inilah Sejarah Desa Tangkulowi

Bahanaindonesia.com- Desa Tangkulowi, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, menjadi perwakilan dari 16 Desa yang ada di wilayah Kecamatannya dalan mengikuti Lomba Desa Tingkat Kabupaten Sigi, pada hari Senin 20/05/2024 besok.

Kepala Desa (Kades) Tangkulowi, Kristison Sp mengatakan, selaku Kades menjadi kebanggaan tersendiri baginya bahwa Desa yang dipimpinnya dapat mewakili 16 Desa lainnya.

“Kami selaku Pemerintah Desa (Pemdes) sangat berharap partisipasi seluruh elemen masyarakat agar mempersiapkan semua syarat dan persyaratan yang akan menjadi bahan penilaian tim penilai dari tingkat Kabupaten. Diantaranya adalah Administrasi Desa serta kebersihan dan keindahan lingkungan. Hal ini telah kami percayakan kepada ketua PKK setempat, Ibu Eci Bao untuk mengaturnya,” kata Kris (Sapaannya,red).

Kristison Sp menambahkan, Desanya merupakan desa yang tertua di wilayah Kecamatan Kulawi yang didiami sebanyak 153 Kepala Keluarga (KK) dan mayoritas beragama Kristen. Adapun luas wilayah Desanya yakni 8.113 Km2. Di sebelah Utara berbatas langsung dengan Salua, di sebelah Timur berbatas dengan desa Bolapapu, sebelah Selatan berbatas dengan desa Boladangko dan yang di sebelah Barat berbatas dengan Desa Banggaiba.

“Saya pun berterima kasih kepada semua elemen masyarakat atas dukungan dan partisipasinya mendukung terselenggaranya Lomba Desa yang akan di laksanakan pada hari Senin besok,” jelas Kades.

Di tempat yang sama Ketua Lembaga Adat Desa Tangkulowi, Rajania P Toneke, mengaku sangat mengapresiasi semangat kebersamaan mayarakat dalam membantu Pemdes menghadapi lomba ini.

Dirinya pun turut bercerita tentang sejarah singkat terbentuknya Desa Tangkulowi, dimana awalnya desa tangkulowi masih di sebut Kampung Tangkulowi dan terbentuknya sejak Tahun 1926 atau berkisar 98 tahun yang silam.

“Dan yang menjadi Kepala Kampung Tangkulowi saat itu adalah Wuntalemba yang dikenal dengan panggilan Tuaruka. Beliau berasal dari wilayah Lembah Sigi daerah Petobo atau seputaran Biromaru. Begitulah cerita dari orang tua kepada kami, sampai sekarang kami tidak lupakan cerita sejarah itu,” katanya mengakhiri.

(Hasan Tura)